Sunday, March 18, 2012

Soekarno Di Mata Orang Uzbekistan

Najib : Sebuah Catatan Perjalanan
Di belahan dunia mana pun, Najib merasa bangga menjadi warga negara Indonesia. Jika mendengar kata Indonesia, mereka akan bilang, “Waaah, saya bertemu banyak sekali jamaah haji, di baju-baju mereka tertulis INDONESIA, mereka sangat ramah”.
Tidak lama setelah kedatangan Najib ke Yekaterinburg, di acara Hormat Haji, salah satu jamaah dengan bangga bercerita, kalau di Mekkah dia bertemu dengan banyak sekali jamaah dari Indonesia. 
Begitu pula hari itu - Ahad 24 April 2011 - di acara Akhir Sanah Madrasah Nur, Oktyabriski, ketika Najib ikut membantu memasak Plov, masakan tradisional Uzbekistan. Najib berkenalan dengan tiga orang asal Uzbekistan, di antaranya Syuhrat Jiyanbekov Aka, dua lainnya Najib tidak bisa mengingat nama mereka.
Ketika mereka menanyakan asal negara Najib dijawab, “Saya dari Indonesia”. Salah satu diantara mereka, meminta untuk mengulangi jawabannya.
“Indonesia“, jawab Najib sekali lagi.
“Orang Uzbekistan harus berterima kasih kepada presiden kamu yang namanya..… “, dia lupa nama presiden Indonesia yang dimaksud.
“Yang mana“, tanya Najib.
“Yang pertama“, jawabnya.
“Soekarno“, timpal Najib.
Mengapa dan Bagaimana Soekarno di Mata Mereka?
Cerita ini mungkin cerita rakyat, namun mari kita pikirkan. Jika kita sampai mengenal Sir Thomas Stanfort Rafles dan Dr. Joseph Arnold, bukan lain karena penemuan mereka terhadap bunga Raflesia. Atau jika nama Jendral Deandles sampai dikenang oleh orang Indonesia, tidak lain karena kebijakan pembukaan jalan dengan sistem kerja paksa. Intinya cerita itu sudah menjadi sejarah.
Kenalan saya bercerita tentang Presiden Soekarno. Presiden pertama RI, sekitar tahun 1956 datang ke Russia (Uni Soviet). Selanjutnya Soekarno memiliki satu permohonan kepada pemerintah Russia, yaitu ingin mengunjungi Makam Imam Bukhori.
Soekarno hanya mengetahui bahwa Makam Imam Bukhori ada di Asia Tengah. Kemudian sang penjamu – Pemerintah Uni Soviet – menghubungi wakil pemerintahan di wilayah Asia Tengah - Ma Waro’a Nahr.
Wakil pemerintahan kemudian menghubungi Mullah di sana untuk mengetahui di mana letak Makam Imam Bukhori, dan akhirnya ditemukan Makam Imam Bukhori berada di Bukhoro 500 km dari Tashkent. Namun, saat itu akses untuk ke makam belum ada, hanya sedikit orang yang tahu.
Setelah mendapat informasi tersebut Soekarno langsung berangkat ke wilayah yang sekarang menjadi negara Uzbekistan. Tentunya tuan rumah tidak ingin malu di hadapan tamu kenegaraan.
Demi memuluskan perjalanan Soekarno, pemerintah pusat memerintahkan untuk membuka akses ke Makam Imam Bukhori. Akses pun terbuka.

Di sini Soekarno membuat kagum orang–orang Uzbekistan. Setelah akses terbuka Soekarno justru memilih untuk berjalan kaki untuk bisa mencapai makam penyusun kitab hadist pertama tersebut.
Setelah sampai di makam, soekarno meminta ditinggal untuk beberapa lama. Dan dia berpesan agar tidak ada yang mengganggu. Mungkin tahlilan.
Setelah selesai, Soekarno secara khusus meminta kepada pemerintah wilayah untuk membuka Makam Imam Bukhori dan menghormatinya sebagai ulama besar.
Setelah kedatangan Soekarno, orang–orang sekitar baru mengetahui siapa sebenarnya Imam Bukhori. Dengan sebab kedatangan Soekarno kini orang bisa mengambil pelajaran dan menauladani hidup beliau.
---
Orang yang paling depanlah yang bercerita kepada Najib tentang Soekarno. Dari segi data cerita ini memang sangat kurang. Namun kita kembali lagi, jika nama seseorang sampai di kenang di negara lain, itu bukan karena apa, namun karena suatu jasa.
“Itulah sebabnya mengapa, kita harus berterima kasih kepada orang Indonesia”, dia mengahiri ceritanya.
Ya, semakin bangga jadi orang Indonesia. Jujur, wilayah Ma Waro’a An-Nahr, yang sekarang sudah terpecah menjadi beberapa negara di wilayah Asia Tengah adalah salah satu cita–cita dan keinginan saya untuk mengunjunginya. Karena di sana Islam pernah mencapai masa keemasannya sebelum akhirnya berusaha dibumihanguskan.
Bukhoro adalah salah satu tujuan yang ingin saya kunjungi. Allah maha tahu niat saya, semoga mengabulkannya. Dan akan saya dapatkan data-data yang akurat. Ya, sekarang usaha saya hanya kirim Fatihah saja, supaya nanti dipanggil ke Uzbekistan.
Sumber :
http://masnaguib.blogspot.com/2011/07/catatan-santri-6-presiden-soekarno-di.html

No comments:

Post a Comment